- Oleh: Pemerhati Lingkungan, H. Muhammad Goeril
Dihampir semua rumah tangga di daerah Semende, tawaran “ngupi kudai” (seruput kopi) adalah sesuatu yang membudaya. Kalau tak percaya, datanglah ke desa Segamit Semende Darat Ulu (SDU) kabupaten Muara Enim.
Dengan ramahnya warga yang kita kenal itu mengajak mampir sembari berucap “ngupi kudai” dan begitu kita singgah secepat itu pula sang ibu atau (terkadang) anak gadisnya menyajikan kopi hangat yang aromanya mengundang selera.
Begitu selesai kita ngobrol dengan tuan rumah, diujung tangga turun kita telah disambut oleh tetangga sebelahnya lagi dengan tawaran yang sama “ngupi kudai” dan begitulah seterusnya ; singgah di lima rumah dapat dipastikan lima gelas pula kopi hangat itu menjadi santapan.
Bahkan ada pula kebiasaan kaum ibu di Semende yang gemar menghisap rokok kretek sembari menyeruput kopi menemani tamunya. Hal itu, didaerah yang berhawa dingin justru menambah semangat kerja.
Dan terkadang mereka merokok sambil bekerja, menyiangi ladang, membersihkan buah segar hasil panen lalu menjemur kopi yang telah digiling kulitnya.
Dan hal itu sudah menjadi kelaziman penduduk yang bermukim di daerah pegunungan berhawa dingin yang rata-rata mereka bertani dan bermukim dilokasi ketinggian 1.500 – 1700 m dari permukaan laut (mdpl).
Bagi yang belum pernah atau belum biasa ke daerah Semende ini tentu merasakan dingin yang amat sangat, terlebih lagi dimalam hari, perlu betul jacket, jas atau selimut tebal.
Suhu rata-rata pada malam hari sekitar 8 derajat yang boleh jadi pada orang tertentu membuat bibir dan telapak kaki menjadi pecah-pecah.
Budaya “ngupi kudai” inilah yang secara turun temurun dilakukan oleh masyarakat Semende yang daerahnya kini semakin terkenal kemanca negara karena adanya sumber panas bumi disepanjang Bukit Barisan.
Sejak tahun 2008 telah dilakukan survey panas bumi (geothermal) oleh perusahaan Swasta dan BUMN.
Diawali dari daerah Lumut Balai Semende Darat Laut (SDL) Muara Enim oleh Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan kemudian disusul oleh PT Supreme Energy Rantau Dedap (PT SERD) tahun 2014 di desa Segamit Semende Darat Ulu (SDU).
Kedua daerah yang menjadi proyek panas bumi ini kelak merupakan daerah penghasil Energy Listrik terbesar.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang ada menjadi tangguh dikarenakan adanya hutan kawasan yang terjaga baik, terhindar dari perambahan.
Merupakan energy baru dan terbarukan, serta akrab lingkungan karena uap yang dihasilkan merupakan proses pemanasan air oleh magma didalam perut bumi.
Dan sejak Agustus 2019 PT PGE telah membuktikan kiprahnya dengan memproduksi listrik tahap 1 sebesar 55 MW, akan disusul PT SERD tahun 2021 insyaAllah dengan produksi listrik tahap awal 92 MW yang tentu saja nantinya akan terus berlanjut dengan tahap-tahap produksi berikutnya.***