Bupati Lahat Cik Ujang SH : Pertahankan Bekarang sebagai Adat Istiadat Warisan Dari Nenek Moyang

banner 468x60

 

Lahat, BKO – Bupati Lahat Cik Ujang SH bersama warga Desa Gunung kembang Kikim Timur Menggelar acara Budaya BEKARANG. Kegiatan tersebut diikuti sekretaris daerah lahat Chandra SH.MM, unsur kepala dinas dijajaran Pemkab Lahat, seluruh kades kecamatan kikim timur dan tentunya warga desa Gunung kembang. Senin (25/7/2022)

Bekarang adalah suatu proses penangkapan ikan yang dilakukan secara beramai ramai di aliran sungai yang keberadaan habitat ekosistem sungainya dilindungi uniknya lagi kegiatan menangkap ikan yang dilakukan secara beramai ramai tersebut hanya bisa dilakukan 1 kali dalam jangka setahun. Jika dalam kurun waktu sebelum tanggal yang ditentukan kemudian didapati ada warga yang melanggar aturan yang sudah disepakati secara bersama antar penduduk desa dengan  menangkap ikan dengan cara apapun ditempat larangan tersebut maka pelanggar kesepakatan akan dikenakan SANKSI DENDA.

Sebelum acara Bekarang dimulai Bupati Lahat Cik Ujang SH menyapa seluruh warga desa yang memadati lapangan yang berada dipinggir sungai lubuk larangan, dalam kesempatan itu dirinya tak henti hentinya berbagi kisah pengalaman hidup kepada warga yang memang sejak masa mudanya sudah tak asing dengan warga kikim area.

 

” Mane kelawai aku, mane sanak aku, kumpullah gale disini, ini waktunye kite bekumpul sebagai keluarge besak” yang jika diartikan adalah sebagai berikut:  mana saudara perempuan saya mana saudara keluarga saya mari semuanya berkumpul disini sebagai satu keluarga besar. Kalimat yang penuh dengan makna persaudaraan dan sebagai pertanda bahwa walaupun sudah menjadi Bupati namun dirinya tidak mentasbihkan diri sebagai yang di pertuan, suatu bentuk kerendahan hati yang hakiki.

 

Saat diminta untuk bernyanyi diatas panggung sesaat sebelum bekarang dilakukan Cik Ujang SH meminta seluruh panitia dan ibu ibu serta remaja  yang ada di dapur umum untuk naik keatas panggung.

Ini adalah Momen acara kita bersama seluruh warga desa,” Ucapnya penuh keakraban.
Setelah memberikan kuis pertanyaan kepada warga yang mengundang gelak tawa masyarakat yang memadati lapangan dipinggir sungai tersebut Kemudian Cik Ujang SH bersama sekda Chandra SH.MM dan Kepala Dinas dijajaran Pemkab Lahat langsung menuju bibir sungai bersama rombongan warga.

 

 

Bupati Lahat Cik Ujang SH bersama Sekda Chandra SH.MM melakukan menjala ikan secara bersamaan sebagai perbanda dimulainya adat Bekarang yang kemudian diikuti pula oleh warga lainnya yang furun kesungai secara serentak dengan berbekal berbagai alat penangkap ikan masing masing.

Baca Juga  Bupati Lahat CIK UJANG Hadiri Undangan Presiden Jokowi Kunjungi kota pagar alam

 

 

Dalam kesempatan tersebut Cik Ujang SH melompat kedalam lubuk untuk mengambil jala yang dilemparkannya dari atas rakit, berbagai jenis ikan dan ukuran terperangkap dalam jalanya. Tak jarang Bupati lahat membuat orang orang orang  tertawa dengan cara melompat dari rakit bersamaan dengan jala yang dileoaskan. Keseruan selama 2 jam lebih dalam upaya bekarang membuahkan hasil yang sangat memuaskan, mulai dari ikan lemutih, cengkak, semah, baung, dan lainnya sukses dibawa kedarat.

 

 

” Bekarang ini adalah bentuk kearipan lokal warisan nenek moyang kita yang harus kita lestarikan secara bersama, jangan sampai ada yang meracun ikan, menyetrum supaya kelestarian ikan tetap terjaga. Alhamdulillah tadi Pak Bupati dapat ikan sebesar betis,” Ucap Cik Ujang ketika diwawancarai oleh awak media usai acara bekarang.

 

 

Tata cara mencari ikan dengan Tradisi BEKARANG merupakan adat istiadat dann ke arifan lokal dalam menjaga ekosistem sungai supaya tetap terjaga kelestariannya, selain itu dengan budaya bekarang tersebut memupuk erat kebersamaan dan kekompakan warga dilokasi tempat lubuk larangan berada. Semangat gotong royong warga tamoak jelas terlihat saat oelaksanaan bekarang dilakukan. Contohnya adalah ketika kaum prianya secara serentak mencari ikan dengan berbagai alat penangkap yang ramah lingkungan sperti jala, jaring, bubu dan lain sebagainya ( penggunaan racun ikan dan alat setrum jelas tidak diperkenankan saat bekarang ), para wanita yang terdiri dari ibu ibu, gafis remaja juga mengimbangi dengan menyiapkan berbagai macam bumbu masak dan tentunya pula memasak nasi dengan jumlah yang banyak karena yang mengikuti kegiatan bekarang tersebut dilakukan oleh warga satu desa.

Walau belum diketahui secara pasti tahun berapa asal mula Budaya bekarang ini dimulai di desa Gunung kembang kecamatan kikim timur dimulakan namun jika dilihat dari tanggal pelaksanaannya yang dilakukan pada  penghujung bulan juli settiap tahunnya yang disebut sebagian masyarakat dalam dikabupaten lahat dengan sebutan IKAN MUDIK.

Sebutan ikan Mudik sendiri adalah suatu fase dimana ikan ikan di aliran sungai seperti sungai lematang, sungai kikim, sungai selangis, dan lainnya memasuki fase untuk berkembang biak. Fase mudik atau dari bagian hilir sungai menuju bagian hulu sungai untuk kemudian melakukan pemijahan secara alami yang dilakukan ikan ikan tersebut acapkali melalui aliran deras sungai dalam kabupaten lahat tersebut, semakin deras aliran air sungai yang dilalui oleh ikan maka diyakini rasa dan tekstur ikan juga semakin bagus dan baik. Diantara fase sebelum bertelur dan memijah tersebut itulah disebut dengan ikan Mudik.

Baca Juga  Kisruh Proyek Dam Air Pangi Tokoh Masyarakat Kikim Anggota Dprd Lahat Angkat Bicara

Akan tetapi untuk budaya Bekarang yang dilakukan setiap satu tahun sekalinya dilaksanakan, ikan ikan yang ada di lubuk larangan memang sudah dikondisikan untuk dipanen dalam waktu yang sudah ditentukan dan disepakati secara bersama oleh seluruh warga atau penduduk desa itu. Dan biasanya lubuk ( suatu tempat terdalam dalam suatu kawasan sungai ) yang kedalaman bervariasi minimal mempunyai kedalaman 2 meter. Dan kemudian lubuk tersebut dijadikan kawasan terlarang untuk melakukan semua aktivitas mencari Ikan yang ada dalam lubuk dan kawasan terlarang tersebut. Selanjutnya untuk menjaga kelangsungan habitat ikan ikan yang ada dikawasan lubuk larangan itu pemerintah desa dengan dibantu Dinas perikanan kabupaten lahat juga melepas liarkan ribuan bibit ikan konsumsi tentunya dengan spesifikasi ikan yang sama yang terdapat dalam kawasan lubuk larangan itu sendiri. Dengan melepas liarkan ribuan bibit ikan dikawasan terlarang,selain menjaga keberadaan ikan endemik didaerah tersebut juga menambah khazanah jumlah ikan jenis lainnya selain maksudkan untuk menjaga kestabilan ekosistem air pada kawasan dimaksud.

Dengan maraknya perburuan jenis ikan ikan tertentu yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta penggunaan alat penangkap ikan yang sangat tidak ramah lingkungan seperti penggunaan racun Potasium, dan alat setrum  maka kedepan diyakini  keberadaan ikan ikan endemik dalam suatu kawasan wilayah tertentu akan semakin langka dan tidak tertutuo kemungkinan beberapa jenis ikan akan mengalami kepunahan.

Namun dengan adanya adat budaya bekarang serta penerapan sanksi yang tegas disetiap desa dalam kabupaten lahat yang melarang penggunaan racun potasium dan jenis racun lainnya serta pelarangan alat setrum seperti yang dimaklumatkan oleh Bupati Lahat Cik Ujang SH maka ke khawatiran akan musnahnya jenis ikan ikan tertentu bisa dicegah sejak dini. Namun tentu saja aturan dan larangan dari Bupati Lahat tersebut benar benar harus diterapkan. Diseluruh wilayah kabupaten lahat.***(Tirta.KA)

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60